Dalam menghadapi
remaja ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa
yang penuh gejolak ( strumind drang ). Untuk mengurangi benturan antar gejolak
dan untuk memberikan kesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara
optimal, perlu di ciptakan kondisi lingkungan terdekat yang sestabil mungkin,
khususnya lingkungan keluarga. Kondisi di rumah tangga dengan adanya orang tua
dan saudara-saudara akan menjamin kesejahteraan jiwa remaja dari pada asrama
atau lembaga permasyarakatan anak. Oleh karena itu, tindakan pencegahan yang
paling utama adalah berusaha menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga
sebaik-baiknya.
Selanjutnya, perlu di
perhatikan bahwa setiap remaja adalah unik kebiasaan menyamaratakan remaja
dengan daudara-saudaranya sering kali bukan tindakan bijaksana karena justru
akan menimbulkan iri hati pada remaja. Biasanya contohnya kebiasaan yang
dilakukan seorang ibu untuk memberikan baju atau sepatu yang seragam untuk
seluruh keluarga juga bisa menimbulkan rasa iri pada salah satu anak yang
mungkin kebetulan tidak menyukai warna atau model yang di pilih orang tua yang
barangkali lebih sesuai dengan selera salah satu anak yang lain.
Dalam hubungan ini
perlu di catat bahwa yang perlu di jadikan pegangan utama adalah persepsi
remaja itu sendiri, bukan pandangan orang tua, atau orang dewasa lainnya. Jika
remaja memandang sesuatu hal sebagai ketidak adilan, ia akan bereaksi sesuai
dengan pandangannya itu sendiri waloupun semua orang lain mengatakannya sebagai
hal yang biasa saja dan adil.
Di samping factor
keluarga, pengembangan pribadi remaja yang optimal juga perlu di usahakan melalui
pendidikan khususnya sekolah. Dalam rangka pendidikan ini yang sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah lingkungan sekolah. Jika para guru itu bersama dengan seluruh
korps guru di sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, anak-anak didik
di sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan cenderung berkurang
kemungkinannya untuk terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang
menyimpang.
Selanjutnya, untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku yang menyimpang, bisa di lakukan
usaha untuk meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang-bidang tertentu sesuai
dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing.
Penanganan terhadap perilaku menyimpang pada remaja
Penanganan terhadap perilaku menyimpang pada remaja
Menurut roger
(adams dan bullotta, 1983: 56-57) ada lima ketentuan yang harus di penuhi untuk
membantu remaja.
1.
Kepercayaan remaja
Remaja
itu harus percaya kepada orang yang membantunya. Ia harus yakin bahwa penolong
ini tidak akan membohonginya dan bahwa kata-kata penolong ini memang benar
adanya. Kata-kata psikolog atau konselor itu lebih bisa di percayainya karena
tidak di bandingkannya dengan tingkah sehari-hari dari psikolog atau konselor
itu sendiri.
2.
Kemurnian hati.
Remaja
harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh membantunya tanpa syarat. Ia tidak suka kalau orangtuanya misalnya
mengatakan : “ bener deh, mama saying
sama kamu dan mama bantu kamu, tapi kamu juga mesti ngerti dong. Tidak perlu
ditambaah “tetapi”. Karena itulah, remaja lebih sering minta nasihat teman-temanya
sendiri walaupun teman-teman tidak bisa member nasihat atau mencari jalan
keluar yang baik. Akan tetapi, yang jelas teman-teman itu secara murni mau
membantu. Yang juga sering dijadikan rubric-rubrik konsultasi di berbagai
majalah atau radio.
3.
Kemampuan Mengerti dan Menghayati (Emphaty)
Perasaan Remaja
Dalam
posisi yang berbeda antara anak dan orang dewasa ( perbedaan usia, perbedaan
status, perbedaan cara berpikir dan sebagainya), sulit bagi orang dewasa untuk
berempati pada remaja karena setiap orang akan cenderung untuk melihat segala
persoalan dari sudut pandangannya sendiri itu.disinilah di perlukan lagi
bantuan tenaga professional yang mamang sudah terlatih untuk membangun empati
terhadap klien-klien yang dihadapinya.
4.
Kejujuran
Remaja
mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang
kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan salah, apa yang benar dikatakan
benar. Kebiasaan orang tua dan orang dewasa lainnya untuk membohongi remaja
lama kelamaan akan meruntuhkan ketentuan pertama dan utama dalam rangka
membantu remaja , yaitu kepercayaan remaja itu sendiri terhadap penolongnya.
5.
Mengutamakan Persepsi Remaja Sendiri
Sebaimana
sudah dikatakan di atas, sebagaimana halnya dengan semua orang lainnya, remaja
akan memandang segala sesuatu dari sudutnya sendiri. Terlepas dari kenyataan
atau pandangan orang lain yang ada, buat remaja pandangannya sendiri itulah
yang merupakan kenyataan dan ia bereaksi terhadap itu.
Oleh karena lima
ketentuan tersebut memerlukan keterampilan tertentu. Maka, pada remaja dengan perilaku
meyimpang , khususnya yang sudah tidak bisa ditangani lagi oleh orangtua dan
anggota keluarga sendiri, perlu kiranya di pkirkan permintaan bantuan seorang
professional misalnya psikolog, guru BP, konselor dan sebagainya.
Dalam
praktiknya ada beberapa teknik yang biasa dilakukan oleh para tenaga
profesionala ini dalam menangani masalah remaja ( adams dan gullotts, 1083 57-58 ) :
1. Penanganan individual
Remaja
ditangani sendiri dalam tatap muka empat mata dengan psikolog atau konselor.
Dalam penanganan secara individual ini bisa ilakukan beberapa macam teknik.
| Pemberian petunjuk atau nasihat ( guidance )
| Konseling
| Psikoterapi
2. Penanganan keluarga
Dalam
rangka menangani masalah remaja adakalanya dilakukan terapi sekaligus terhadap
seluruh atau sebagian anggota keluarga ( ayah, ibu dan anak ). Tujuan dari
teknik terapi keluarga ini adalah agar keluarga sebagai suatu kesatuan bisa
berfungsi dengan lebih baik dan setiap anggota keluarga bisa menjalankan
perannya masing-masing yang saling mendukung dan saling mengisi dengan anggota
keluarga yang lain.
3. Penanganan kelompok
Teknik yang
hampir serupa dengan terapi keluarga adalah penanganan atau terapi kelompok.
Tujuan dan dasar teorinya juga hampir sama dengan terapi keluarga. Konselor atau
psikolog bertugas merangsang anggota terapi kelompok itu untuk saling bertukar
pikiran, saling mendorong, saling memperkuat motivasi.
4. Penanganan pasangan
Jika di
kehendaki terapi melalui hubungan yang intensif antara dua orang, bisa juga
dilakukan terapi pasangan. Maksudnya adalah agar masing-masing bisa betul-betul
menghayati hubungan yang mendalam, mencoba saling mengerti , saling member,
saling membela.
No comments:
Post a Comment