Drop Down MenusCSS Drop Down Menu

Saturday, April 6, 2013

Pencegahan Perilaku Menyimpang Pada Remaja

Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak ( strumind drang ). Untuk mengurangi benturan antar gejolak dan untuk memberikan kesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara optimal, perlu di ciptakan kondisi lingkungan terdekat yang sestabil mungkin, khususnya lingkungan keluarga. Kondisi di rumah tangga dengan adanya orang tua dan saudara-saudara akan menjamin kesejahteraan jiwa remaja dari pada asrama atau lembaga permasyarakatan anak. Oleh karena itu, tindakan pencegahan yang paling utama adalah berusaha menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga sebaik-baiknya.
Selanjutnya, perlu di perhatikan bahwa setiap remaja adalah unik kebiasaan menyamaratakan remaja dengan daudara-saudaranya sering kali bukan tindakan bijaksana karena justru akan menimbulkan iri hati pada remaja. Biasanya contohnya kebiasaan yang dilakukan seorang ibu untuk memberikan baju atau sepatu yang seragam untuk seluruh keluarga juga bisa menimbulkan rasa iri pada salah satu anak yang mungkin kebetulan tidak menyukai warna atau model yang di pilih orang tua yang barangkali lebih sesuai dengan selera salah satu anak yang lain.
Dalam hubungan ini perlu di catat bahwa yang perlu di jadikan pegangan utama adalah persepsi remaja itu sendiri, bukan pandangan orang tua, atau orang dewasa lainnya. Jika remaja memandang sesuatu hal sebagai ketidak adilan, ia akan bereaksi sesuai dengan pandangannya itu sendiri waloupun semua orang lain mengatakannya sebagai hal yang biasa saja dan adil.
Di samping factor keluarga, pengembangan pribadi remaja yang optimal juga perlu di usahakan melalui pendidikan khususnya sekolah. Dalam rangka pendidikan ini yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah lingkungan sekolah.  Jika para guru itu bersama dengan seluruh korps guru di sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, anak-anak didik di sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan cenderung berkurang kemungkinannya untuk terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
Selanjutnya, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku yang menyimpang, bisa di lakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan remaja dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing.

Penanganan terhadap perilaku menyimpang pada remaja
Menurut roger (adams dan bullotta, 1983: 56-57) ada lima ketentuan yang harus di penuhi untuk membantu remaja.
1.      Kepercayaan remaja
Remaja itu harus percaya kepada orang yang membantunya. Ia harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan bahwa kata-kata penolong ini memang benar adanya. Kata-kata psikolog atau konselor itu lebih bisa di percayainya karena tidak di bandingkannya dengan tingkah sehari-hari dari psikolog atau konselor itu sendiri.
2.      Kemurnian hati.
Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh membantunya tanpa syarat.   Ia tidak suka kalau orangtuanya misalnya mengatakan  : “ bener deh, mama saying sama kamu dan mama bantu kamu, tapi kamu juga mesti ngerti dong. Tidak perlu ditambaah “tetapi”. Karena itulah, remaja lebih sering minta nasihat teman-temanya sendiri walaupun teman-teman tidak bisa member nasihat atau mencari jalan keluar yang baik. Akan tetapi, yang jelas teman-teman itu secara murni mau membantu. Yang juga sering dijadikan rubric-rubrik konsultasi di berbagai majalah atau radio.
3.      Kemampuan Mengerti dan Menghayati (Emphaty) Perasaan Remaja
Dalam posisi yang berbeda antara anak dan orang dewasa ( perbedaan usia, perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan sebagainya), sulit bagi orang dewasa untuk berempati pada remaja karena setiap orang akan cenderung untuk melihat segala persoalan dari sudut pandangannya sendiri itu.disinilah di perlukan lagi bantuan tenaga professional yang mamang sudah terlatih untuk membangun empati terhadap klien-klien yang dihadapinya.
4.      Kejujuran
Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan salah, apa yang benar dikatakan benar. Kebiasaan orang tua dan orang dewasa lainnya untuk membohongi remaja lama kelamaan akan meruntuhkan ketentuan pertama dan utama dalam rangka membantu remaja , yaitu kepercayaan remaja itu sendiri terhadap penolongnya.
5.      Mengutamakan Persepsi Remaja Sendiri
Sebaimana sudah dikatakan di atas, sebagaimana halnya dengan semua orang lainnya, remaja akan memandang segala sesuatu dari sudutnya sendiri. Terlepas dari kenyataan atau pandangan orang lain yang ada, buat remaja pandangannya sendiri itulah yang merupakan kenyataan dan ia bereaksi terhadap itu.
Oleh karena lima ketentuan tersebut memerlukan keterampilan tertentu. Maka, pada remaja dengan perilaku meyimpang , khususnya yang sudah tidak bisa ditangani lagi oleh orangtua dan anggota keluarga sendiri, perlu kiranya di pkirkan permintaan bantuan seorang professional misalnya psikolog, guru BP, konselor dan sebagainya.
Dalam praktiknya ada beberapa teknik yang biasa dilakukan oleh para tenaga profesionala ini dalam menangani masalah remaja ( adams dan gullotts, 1083  57-58 ) :
1.      Penanganan individual
Remaja ditangani sendiri dalam tatap muka empat mata dengan psikolog atau konselor. Dalam penanganan secara individual ini bisa ilakukan beberapa macam teknik.
|  Pemberian petunjuk atau nasihat ( guidance )
|  Konseling
|  Psikoterapi
2.      Penanganan keluarga
Dalam rangka menangani masalah remaja adakalanya dilakukan terapi sekaligus terhadap seluruh atau sebagian anggota keluarga ( ayah, ibu dan anak ). Tujuan dari teknik terapi keluarga ini adalah agar keluarga sebagai suatu kesatuan bisa berfungsi dengan lebih baik dan setiap anggota keluarga bisa menjalankan perannya masing-masing yang saling mendukung dan saling mengisi dengan anggota keluarga yang lain.
3.      Penanganan kelompok
Teknik yang hampir serupa dengan terapi keluarga adalah penanganan atau terapi kelompok. Tujuan dan dasar teorinya juga hampir sama dengan terapi keluarga. Konselor atau psikolog bertugas merangsang anggota terapi kelompok itu untuk saling bertukar pikiran, saling mendorong, saling memperkuat motivasi.
4.      Penanganan pasangan
Jika di kehendaki terapi melalui hubungan yang intensif antara dua orang, bisa juga dilakukan terapi pasangan. Maksudnya adalah agar masing-masing bisa betul-betul menghayati hubungan yang mendalam, mencoba saling mengerti , saling member, saling membela.

No comments:

Post a Comment